Menggugat Telekomunikasi Indonesia
“Internet cepat untuk apa?”
Satu kalimat yang selalu diingat
para pengguna internet yang kesal dengan statement Menteri Komunikasi dan
Informatika, Tifatul Sembiring. Kalimat ini ditulis beliau di akun jejaring
sosialnya, twitter. Beliau berpendapat jika masyarakat Indonesia masih belum
siap dengan adanya internet cepat.
Mari kita berpikir, apa yang akan kita lakukan jika koneksi
internet kita cepat? Download sepuasnya, youtube tanpa buffering, skype dan
facetime dengan muka pasangan kita tetap utuh dan cantik, maen game online
tanpa delay, streaming video di HDTV dengan kualitas jernih. Benar itu yang
akan kita lakukan? Coba berpikir positif tentang internet cepat untuk
pekerjaan, pendidikan, dan hal lainnya
1. Internet Cepat Untuk Pekerjaan
Pernah mengalami upload dan download attachemnt file via
email dengan kapasitas puluhan hingga ratusan mega? Bisa bayangkan jika koneksi
internet kita stabil di 100kbps(berpikir positif dapat sinyal 3G)? Berapa jam
waktu yang dibutuhkan untuk menunggu loading bar penuh sambil meletakkan kursor
mouse di loading bar? 1 jam, 2 jam, atau mungkin failed? Mungkin jawaban
terakhir yang kita dapatkan.
Zaman semakin maju dan banyak kantor yang menggunakan cloud
storage untuk menyimpan file pekerjaan. Untuk upload pekerjaan bisa dilakukan
disaat senggang jika pekerjaan sudah selesai. Pernah mengalami harus
menyelesaikan tugas kantor dalam waktu 2 jam sedangkan file yang harus kita
kerjakan harus di download di cloud dengan kapasitas puluhan mega? Ya ampun
susah amat, tinggal copy aja lagi langsung ke orangnya. Kalo kantor yang satu
di kuningan, satunya di deket monas gimana? Urgensi ini bisa terjadi dan
internet cepat memang dibutuhkan untuk kasus ini. Tapi setelah itu jika tidak
ada urgensi apa yang kita lakukan dengan internet di kantor? Download film
korea sepuasnya? :)
2. Internet Cepat Untuk Pendidikan
Beberapa referensi pendidikan saat ini mulai berbasis video.
Tidak jarang kita melihat metode pendidikan saat ini menggunakan video. Dosen
dan guru mengambil atensi siswa dan mahasiswanya dengan materi yang disampaikan
menggunakan video. Beberapa hal lain yang membutuhkan internet adalah download
jurnal ilmiah, dan distance learning.
Ada beberapa sekolah yang saat sekolahnya banjir, murid dan guru diliburkan
(tidak datang ke sekolah) tapi proses pembelajaran berlanjut dirumah
masing-masing, dengan guru memberi tugas dan murid mengerjakan di rumah
masing-masing. Lingkup kuliah, mayoritas kampus terkemuka di Indonesia sudah membayar
pihak vendor dan provider untuk berlangganan internet dengan speed yang tinggi.
Jadi tidak jarang kita melihat mahasiswa malas pulang kos dan memilih tidur di
kampus untuk mendapatkan akses internet cepat.
Saya tidak bisa menyangkal pentingnya internet
untuk pendidikan tapi satu hal yang penting. Semua murid dan mahasiswa harus
bisa menggunakan internet dengan bijak. Coba search gambar di google dengan
keyword ‘siswi SMA’ apa yang muncul? VOILA!!!! Pendidikan Indonesia sudah
tercemar akibat moral siswa dan mahasiswa nya kurang dibentengi dengan iman dan
kurang mendapatkan pendidikan akhlak dan moral dari kedua orang tua. Internet
untuk pendidikan harusnya memunculkan prestasi bukan degresi siswa dan siswinya
3. Internet Cepat Untuk Ekonomi dan Hiburan
Bisnis online telah menjamur di Indonesia. Tinggal buka
situs jual beli online, pilih beli bayar, sampai saat ini belum ada masalah
yang serius dengan internet. Bagaimana jika skalanya besar? Skala besar berarti
mau untuk bayar sedikit lebih mahal untuk akses internet, dan di Indonesia
sudah lumayan terlayani.
Bagaimana dengan hiburan? Downloaders, gamers, streamers
(tukang streaming radio) include semua. Downloader jadi orang paling bahagia
jika intenet cepat, bisa download sepuasnya dan dijual lagi filmnya. Gamers?
Makin maraknya game online dengan kualitas game HD membuat gamers makin tidak
bisa lepas dari PC dan gadgetnya jika internet cepat. Streamer, mereka mungkin
bisa running serial TV tanpa putus selama satu hari penuh. Untuk hiburan, akan
sangat bahagia jika ada internet cepat.
REFLEKSI
Kita mungkin berharap untuk dapat mengakses
internet cepat, tapi banyak saudara kita yang masih belum bisa merasakan
nikmatnya berseluncur di dunia maya. Data dari Telkomsel di tahun 2014
menunjukkan, baru seluruh daerah di Pulau Jawa yang sudah mendapatkan akses
koneksi 3G dari telkomsel.
Bagaimana dengan saudara-saudara kita di kepulauan Maluku
dan Irian Jaya? Saat kita menuntut tingginya akses internet di Pulau Jawa
(mayoritas yang menuntut internet cepat tinggal di Pulau Jawa), saudara-saudara
kita masih susah mencari sinyal di gadget mereka. Kalaupun sudah mendapat
sinyal yang baik, gadget mereka sudah kehabisan baterai karena lelah mencari
sinyal. Mari kita bandingkan apa yang kita tuntut dari internet cepat dengan
saudara-saudara kita di timur yang sampai ini mereka dapatkan.
1. Pekerjaan di Papua
Mayoritas masyarakat papua berpenghasilan dari
bidang perikanan, pertanian, pariwisata. Untuk internet? Data dari Kementerian
Kominfo menunjukkan jika mayoritas daerah di Papua belum merasakan internet.
Untuk pemerataan infrastruktur telekomunikasi ini, Kominfo memiliki program
KPU/USO. Salah satu programnya, MPLIK (Mobil Pusat Layanan Internet Kecamatan) yang bertujuan untuk memberikan
koneksi internet di daerah pelosok Indonesia. Berikut data persebaran
infrastruktur MPLIK di Indonesia
Mungkin di beberapa kabupaten dan kota saja di Papua yang
sudah bisa merasakan internet, jangakan berpikir tentang speed, ada di satu
kabupaten mungkin sudah bersyukur. Sudah pernah mengunjungi web Provinsi Papua?
Coba kunjungi dan nilai sendiri webnya, coba bandingkan dengan provinsi atau
kabupaten yang lain.
Padahal Papua memiliki potensi pariwisata yang sungguh
sangat disayangkan jika tidak dapat di publikasikan dengan baik. Pantai Raja
Ampat pasti jadi satu nama jika kita ingin ke Papua. Internet cepat harusnya
bisa membuat Papua dan Raja Ampat dikenal di seluruh dunia dan menjadi objek
wisata andalan Indonesia.
2. Pendidikan di Papua
Jumlah Angka Melek Huruf di Provinsi Papua hanya sebesar 75.58% (Sumber: Jayapurakab). Masih berpikir internet? Untuk membaca saja mereka masih belum semua bisa. Distance learning? Ya mereka merasakan itu, dimana jarak dari rumah ke sekolah yang ditempuh sangat jauh. Mereka para siswa dan guru perlu mendaki gunung lewati lembah untuk sampai di sekolah.
Adilkah?
Saudara kita di Maluku dan Papua sudah banyak merasakan
ketidakadilan. Berapa harga yang harus dibayar jika orang Papua ingin merasakan
internet?
Jumlahkan saja tabel dan gambar sebelah. Bandingkan dengan biaya yang kita keluarkan untuk menikmati Internet.
Benarkah kita satu nusantara? Atau kita hanya selalu
berteriak untuk keperluan pulau Sumatera dan Jawa saja? Republik ini terbentuk
karena perasaan satu nasib, sama pernah merasakan dijajah. Meski merdekanya
tetap Pulau Jawa terlebih dahulu menurut sejarah dan Irian Jaya paling
terakhir. Benarkah teriakkan Irian (Ikut RI Anti Netherlands) menjadi
penyesalan saat ini? Ini semua tugas besar Indonesia.
Masih berpikir internet cepat? Atau pemerataan infrastruktur
telekomunikasi? Pemerataan infrastruktur telekomunikasi menjadi tugas rumah
besar untuk semua stakeholder di bidang telekomunikasi. Kementerian Kominfo,
provider, vendor, swasta harusnya saling bahu membahu untuk mewujudkan
Indonesia Full Internet Service.